Hasmipeduli.org

Keutamaan Bulan Haram Dzulqo’dah

Ilustrasi. Keutamaan Bulan Haram Dzulqo'dah. www.hasmipeduli.org

Keutamaan Bulan Haram Dzulqo’dah

Hari ini kita tengah memasuki hari Jum’at ketiga di bulan haram, bulan mulia, bulan penuh dengan berkah dan pahala, yaitu bulan Dzulqo’dah, persisnya tanggal 20 Dzulqo’dah 1444 H. Dzulqo’dah dalam Kamus Ma’ajim juga bisa dibaca kasrah, yakni Dzulqi’dah, terdiri dari dua kata, yaitu, Dzu dan Qi’dah.

Kata “Dzu” (ذو) bermakna memiliki, mempunyai, dan menguasai. Kata “Qo’dah” atau “Qi’dah” adalah derivasi dari Qo’ada-Yaq’udu (قَعَد-يَقْعُد) yang memiliki beberapa arti, di antaranya adalah duduk (berdiri kemudian duduk, berbeda dengan Jalasa-yajlisu). Qo’dah juga bisa bermakna, menahan, telat, bersandar, melayani dan beberapa makna lainnya. Dzulqo’dah, secara umum diartikan dengan duduk, orang yang duduk.

Mengapa bulan ini dinamakan Dzulqo’dah?

Bulan yang ke-11 dalam kalender Hijriah ini adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (bulan-bulan Haram) yaitu, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Dinamakan dengan bulan Dzulqo’dah karena orang-orang Arab pada bulan ini duduk (beristirahat) tidak melakukan perjalanan, tidak berperang dan tidak mengumpulkan makanan. Mengapa mereka tidak melakukan peperangan? Karena mereka sangat mengagungkan dan menghormati bulan Dzulqo’dah.

Karena agungnya bulan ini, tentu di dalamnya juga terdapat keutamaan-keutamaan, apa saja keutamaan bulan Dzulqo’dah. Berikut di antara keutamaan bulan haram Dzulqo’dah ini;

Pertama, bulan ini adalah bulan saat Allah berjanji kepada Nabi Musa alaihisalam selama 30 malam di bulan Dzulqodah, ditambah 10 malam di awal bulan Dzulhijjah. Allah berjanji pasti memberi Bani Israil hidayah dan kemenangan, setelah sebelumnya Allah pun telah menyelamatkan mereka dari kekejian Fir’aun dan tentaranya dan telah menyelamatkan mereka dari menyeberangi lautan.

Wakaf Qur’an untuk Santri Penghafal Qur’an: 1 Huruf = 10 Kebaikan

Allah berfirman,

‌وَوَاعَدْنَا ‌مُوسَى ‌ثَلاثِينَ ‌لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Rabbnya empat puluh malam. (QS.al-A’rof: 142)

قَالَ الْمُفَسِّرُون عَلَى أَنَّ الثَّلَاثِينَ هِيَ ذُو الْقَعْدَةِ، وَالْعَشَرُ عَشَرُ ذِي الْحِجَّةِ

Para mufasir (Mujahid, Masyruq dan Ibnu Juraij) berpendapat sungguh tiga puluh malam yang dimaksud adalah bulan Dzulqo’dah dan sepuluh malam berikutnya adalah pada awal bulan Dzulhijjah.

Kedua, keutamaan bulan haram Dzulqo’dah adalah pahala kebaikan yang dikerjakan pada bulan ini dilipatgandakan, demikian juga dengan perbuatan dosa. Penjelasan ini dapat digali dari firman Allah,

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرًا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٌ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri kalian padanya (empat bulan itu), (QS. At-Taubah: 36)

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menafsirkan ayat “(Janganlah kalian menzalimi atau menganiaya diri kalian) yakni janganlah menganiaya diri dalam seluruh bulan. Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan-bulan haram dan Allah pun mengagungkan kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih besar. Demikian, Allah pun menjadikan amalan shalih dan ganjaran yang didapatkan didalamnya lebih besar pula.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Adapun Qotadah rohimahullah berkata, Sesungguhnya Allah telah memilih di antara makhluk-Nya, hamba-hamba pilihan-Nya, memilih para utusan dari kalangan malaikat dan dari kalangan manusia. Allah memilih suatu firman (agar hamba-Nya bisa) mengingat-Nya, Allah memilih tempat dari wilayah di bumi untuk digunakan melakukan shalat/sujud. Di antara bulan-bulan (yang ada), Allah pun telah memilih Ramadhan dan bulan-bulan haram. Allah memilih hari Jum’at di antara hari-hari yang lainnya, memilih malam Lailatul Qadar di antara malam-malam yang ada. Maka agungkanlah segala yang diagungkan oleh Allah, karena sesuatu yang diagungkan Allah pasti merupakan perkara yang agung bagi orang-orang yang memiliki pemahaman dan akal. (Tafsir at-Thobari)

Berikutnya, keutamaan bulan haram Dzulqo’dah yang ketiga, karena agungnya bulan haram, maka sangat dianjurkan menjalankan amal-amal sunnah di dalamnya, sebagaimana amalan yang telah diteladankan Nabi shalallahu’alaihi wassallam.

Nabi shalallahu’alaihi wassallam pernah umrah di bulan Dzulqo’dah ini, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dengan sanad hasan shohih,

عَنِ ‌الْبَرَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌اعْتَمَرَ ‌فِي ‌ذِي ‌الْقَعْدَةِ

Dari al-Baro’, bahwa sungguh Nabi shalallahu’alaihi wassallam pernah berumroh pada bulan Dzulqo’dah. (HR. Tirmidzi)

Atau amalan lainnya yang sesuai kesanggupan, seperti puasa sunnah atau sholat-sholat sunnah yang biasa dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sebuah hadits yang menyebut tiga nasihat nabi yang dijalankan seorang sahabat mulia, Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, hingga beliau menemui ajalnya,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلاَةِ الضُّحَى، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasihat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari)

Atau dzikir, ya berdzikir, amalan yang sangat-sangat mudah dan dimudahkan semudah-mudahnya, dilapangkan selapang-lapangnya. Amalan yang ringan dikerjakan namun berat ditimbangan. Amalan yang dilarang Allah untuk dilalaikan.

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ 

Janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. (QS.al-Hasyr: 19)

Follow Instagram Kami: hasmipeduliorg

Berapa banyak dzikir yang memiliki keutamaan dapat menjadi sebab seseorang meraih kemaslahatan yang besar dunia akhirat. Pembacanya akan dapat meraih pahala yang banyak, dosa-dosanya diampuni dan meraih keutamaan lainnya.

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللهِ ‌وَبِحَمْدِهِ ‌مِائَةَ ‌مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ، أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

Barangsiapa yang ketika pagi dan petang berdzikir subhanallah wabihamdih seratus kali, maka pada hari kiamat tidak ada yang lain yang melebihi pahalanya, kecuali orang yang berdzikir semisal dengan dzikirnya atau yang lebih banyak dari itu. (HR. Muslim)

مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ ‌مِثْلَ ‌زَبَدِ ‌الْبَحْرِ

Barangsiapa berdzikir subhanallah wa bihamdih sebanyak 100 kali dalam sehari, maka dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih di lautan. (HR. Bukhori)

Ada lagi dzikir yang apabila dilafazkan dalam sehari, maka bagi pembacanya dapat perlindungan Allah dari setan yang terkutuk pada hari itu hingga petang hari,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ إِلَّا رَجُلٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْهُ

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Barangsiapa yang membaca “LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYA-IN QADIIR” (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu) sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus kebaikan dan dijauhkan darinya seratus keburukan serta baginya ada perlindungan dari setan pada hari itu hingga petang. Tidak ada orang yang lebih utama amalannya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari)

Semoga Allah memudahkan kita beramal sholih, menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan menggolongkan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa, aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lengkapi amal baik anda hari ini dengan sedekah jariyah bersama HASMI

Hubungi Kami
Hubungi Kami
Terimakasih Telah Menghubungi Kami..!!
Ada yang bisa kami bantu?..