Hasmipeduli.org

Penyelisihan Sirotulmustaqim

Ilustrasi. Penyelisihan Sirotulmustaqim. www.hasmipeduli.org

Untuk mengelabui manusia dan mengecohkan mereka agar tidak memilih sirotulmustaqim (Islam), setan pun membuat jalan-jalan lain di sekeliling Islam, yang merupakan agama-agama dan manhaj-manhaj sesat, baik klasik maupun kontemporer. Agama-agama, aliran-aliran dan manhaj-manhaj sesat tersebut disediakan setan sebagai wadah spiritual dan sospol alternatif untuk menampung mereka yang tersesatkan dari sirotulmustaqim dan tidak memasu-kinya, atau untuk mereka yang belum mendapatkan da’wah sirotulmustaqim.      

“Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu meriwayatkan bahwa suatu saat Rosululloh ﷺ menggaris suatu garis lurus kemudian bersabda: ‘Ini adalah jalan Alloh’, kemudian beliau membuat beberapa garis di kanan dan kirinya, lalu bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan, di setiap jalan ini ada setan yang menyeru kepadanya!’, kemudian beliau membaca ayat: ‘Inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan jangan kalian ikuti jalan-jalan yang lainnya niscaya akan menyimpangkan kalian dari jalan-Nya.’ QS. al-An’am (6): 153.” (HR. Bukhori, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Darimi)

Di sini jelas sekali digambarkan bahwa setan menyeru kepada jalan-jalan alternatif, yang tidak diragukan lagi akan menuntun penitinya ke pintu-pintu Jahannam. Na’udzu billah!

Untuk mengeluarkan mereka yang sudah meniti sirotul-mustaqim, setan pun membuat ajaran-ajaran dan aliran-aliran yang mencampuradukkan antara kebenaran Islam dengan kebatilan. Jalan-jalan ini menempel ke jalan sirotulmustaqim, hingga seakan-akan merupakan cabang-cabangnya. Sehingga orang yang berjalan di atasnya akan berpijak dengan satu kakinya di dalam Islam dan kaki satunya lagi berada di luar Islam, atau bisa jadi keduanya di luar Islam.                                                                      

Ditinjau dari bagaimana posisi kakinya yang di dalam Islam dan bagaimana yang di luar Islam, mereka terbagi menjadi dua golongan, yaitu:

Baca Artikel Lainnya!

  1. Mereka yang sudah keluar dari Islam (murtad).                            
  2. Mereka yang belum keluar dari Islam (ahlul bid’ah).

Jalan-jalan itu adalah produk bersama antara hawa nafsu manusia dan kejahilannya dengan “bimbingan” setan. Jalan-jalan itu menerobos dan melanggar batas-batas yang sudah ditentukan Alloh ﷻ baik di dalam bidang pemikiran maupun di bidang amal perbuatan.

Rosululloh ﷺ bersabda:

“Alloh mengumpamakan sirotulmustaqim sebagai sebuah jalan yang di samping kanan dan kirinya terdapat pagar, pada masing-masing pagar terdapat pintu-pintu yang terbuka, pada pintu-pintu itu terdapat tirai yang terurai. Di pangkal sirot ada penyeru yang mengatakan: ‘Wahai manusia, masuklah kalian semua ke dalam sirot dan jangan membelok!’. (Di samping itu) ada pula penyeru (lain) dari atas sirot yang jika seseorang ingin membuka sesuatu dari pintu-pintu tersebut ia berkata: ‘Celaka kamu, jangan engkau buka pintu itu, jika engkau membukanya, maka engkau akan masuk ke dalamnya!’.

Sirot tersebut adalah Islam, dua pagar adalah hudud (larangan atau batasan) Alloh, dan pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan Alloh, adapun yang menyeru di pangkal sirot adalah penyeru Kitabulloh, dan penyeru dari atas sirot adalah peringatan Alloh yang ada pada hati setiap muslim.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)

Oleh karena itu, ketika di dunia kita semua hendaknya meniti sirotulmustaqim dengan sungguh-sungguh, karena kesungguhan ini akan berlanjut kepada kemudahan penitian sirot ketika di akhirat kelak, dan amal perbuatan akan diganjar dengan balasan yang setimpal dan sejenis.

Alloh berfirman, “…Tiadalah kalian dibalas, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kalian kerjakan.” [QS. an-Naml (27): 90]

Pintu-pintu yang terbuka dan bertirai itu adalah jalan-jalan penyelisihan dari sirotulmustaqim bagi mereka yang telah memasukinya. Setan membujuk manusia untuk memasuki jalan-jalan itu dengan segala tipu muslihat.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa penyelisihan dari sirotul-mustaqim terbagi atas tiga bagian utama, yaitu:                                           

  1. Tidak masuk sirotulmustaqim sama sekali, atau keluar total dari sirotulmustaqim setelah memasukinya (murtad). Penyelisihan semacam ini adalah bentuk kekafiran atau kesyirikan. Pelakunya, jika tidak memasuki (kembali) siro-tulmustaqim, maka sampai mati akan kekal di neraka. Dasar dari penyelisihan ini adalah tidak menerima syahadatain secara bulat dan tidak mau berkomitmen kepadanya.
  2. Penyelisihan kedua terjadi pada mereka yang menerima syahadatain, mengikrarkan dan menerima “TIADA ILAH (TUHAN) YANG BENAR SELAIN ALLOH” dan “MUHAMMAD ADALAH ROSULULLOH”, tetapi mereka jatuh ke dalam kesalahan mendasar dalam ittiba’ (pengikutan kepada Rosululloh ﷺ) dalam pemahaman dan penerapan terhadap beberapa bagian dari Islam. Tetapi hal itu hanya dikarenakan berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang salah dalam ittiba’, tanpa sengaja menolak ittiba’.

Atau setelah menerima syahadatain dan mau berkomitmen kepada ittiba’ serta tidak berpegang kepada salah satu prinsip bid’ah, namun penerapan keislaman mereka tetap didominasi oleh praktek-praktek kebid’ahan. Kedua golongan ini adalah ahlul bid’ah.

Berlomba dalam Kebaikan, Salurkan Sedekah Beras Santri Penghafal Qur’an

Walaupun pada umumnya mereka masih berada di dalam lingkaran Islam, akan tetapi apa yang mereka kerjakan adalah dosa-dosa yang sangat besar. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang terus berkembang kebid’ahannya sampai terjerumus kepada kekafiran yang nyata. Walaupun secara teori penyelisihan ini lebih kecil dibanding penyelisihan pertama, tetapi penyelisihan ini bisa dinamakan pembunuhan terhadap Islam secara perlahan-lahan, karena dengan terus berkembangnya bid’ah, maka ajaran Islam yang benar (Sunnah) lama kelamaan akan tergantikan oleh bid’ah tersebut hingga pada akhirnya akan menghilang. Walaupun secara praktek hilangnya Islam tidak akan terjadi karena Alloh ﷻ telah berjanji untuk menjaganya dan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman.

  1. Penyelisihan ketiga adalah penyelisihan yang berbentuk “pengabaian perintah” atau “pelanggaran larangan”. Penyelisihan ini pada asalnya tidak didasarkan pada penolakan syahâdatain dan bukan juga jatuh pada kesalahan mendasar dalam ittiba’, tetapi hanya dikarenakan kelemahan dalam melawan hawa nafsu dan juga seringkali dikarenakan kejahilan.                                                                                                                 

Pengabaian atau peninggalan perintah seperti; perintah menutup aurat, menutup mata terhadap aurat orang lain, berbakti kepada orang tua, meninggalkan solat lima waktu dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran larangan misalnya: menggunjing, pacaran, berzina, mencuri, menipu, dan lain-lain. Walaupun akibat penyelisihan ini cukup mengerikan, baik ketika di dunia maupun di akhirat dikarenakan noda-noda dosa yang bisa menghitamkan hati (kebanyakan orang tidak menyadarinya), tetapi pada umumnya bukanlah penyelisihan yang mendasar. Kecuali beberapa bentuk darinya yang bisa sampai mengeluarkan seseorang dari Islam (seperti meninggalkan solat lima waktu misalnya), dan sebagian lain termasuk dosa-dosa besar (seperti berzina, mencuri, dan lain-lain), yang dapat mengantarkan seseorang untuk menetap sangat lama di neraka Jahannam, sebelum dikeluarkan untuk memasuki surga.

PENYELISIHAN SIROTULMUSTAQIM

Disalin dari Buku Ringkasan Ilmu Dasar Islam. oleh HASMI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Search
Kategori

Lengkapi amal baik anda hari ini dengan sedekah jariyah bersama HASMI

Hubungi Kami
Hubungi Kami
Terimakasih Telah Menghubungi Kami..!!
Ada yang bisa kami bantu?..