Hasmipeduli.org

Cara Menyapih Anak menurut Islam, Lakukan 6 Langkah Ini!

Menyapih merupakan momen ketika pola makan anak seharusnya sudah mulai meningkat secara bertahap untuk makanan padat. Bagi Aَyah Bunda yang muslim, sudah tahukah cara menyapih anak menurut Islam?

Momen menyapih ini penting untuk diperhatikan dan diterapkan dengan sebaik-baiknya agar tak terjadi “drama” saat menjalaninya. Tak jarang, Bunda masih sering tidak tega bila si kecil meminta ASI di usianya yang sudah semakin besar.

Menyapih menjadi momen penting dalam pola asuh makan si kecil. Bila dilakukan dengan tepat, asupan zat gizi si kecil bisa tetap terjaga. Secara psikis pun ia tak akan trauma. Indahnya, rupanya Islam sudah mengatur dalam aspek yang terlihat sederhana ini.

Baca Juga : Ajari Anak Adab-Adab Dalam Tidur

Lalu, bagaimana aturan serta usia yang tepat untuk menyapih menurut pandangan hukum Islam?

Cara menyapih anak menurut Islam

1. Niat dan doa

Cara menyapih anak menurut islam yang paling penting ialah niat dan doa dalam setiap prosesnya. Kita diajarkan untuk selalu membaca “Bismillah” sebelum memulai aktivitas baik, begitupun ketika hendak menyapih.

Tidak ada doa khusus untuk mempersiapkan si kecil agar tak lagi ketergantungan ASI. Namun Bunda bisa memanjatkan doa untuk kelancaran setiap hari setelah salat wajib.

2. Pehatikan usianya

Dari segi usia, Islam menyarankan bagi setiap orang tua untuk memberikan ASI hingga usia si kecil menginjak 2 tahun. Bukan tanpa dasar, Allah SWT telah berfirman mengenai hal ini dalam Alquran.

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ

“Para ibu harus memberi ASI mereka kepada anak-anak selama dua tahun.” (Q.S. Al-Baqarah : 233)

Jika sang ibu harus menyapih anak lebih awal dari dua tahun, orang tua diizinkan melakukannya.

“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS al-Baqarah: 233)

Ada pendapat lainnya mengenai usia spesifik, yakni sebaiknya menyapih tidak lebih dari dua puluh satu bulan menyusui. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam as-Shadiq.

“Periode ibu menyusui anak harus minimal dua puluh satu bulan. Jika seseorang memberi makan anak untuk periode yang lebih sedikit, itu akan menyebabkan kesulitan bagi anak tersebut.”

Baca Juga : Tips Agar Anak Terbiasa Shalat Sejak Dini

3. Sabar dan bijaksana

Menyapih anak bukanlah hal yang mudah, seringkali Bunda diliputi rasa tak tega setiap kali melihat si kecil ingin minum ASI. Tetaplah sabar dalam menjalaninya, Bun. Konsisten hati bahwa ini dilakukan untuk kebaikan si kecil.

Tak apa untuk menggunakan trik tertentu yang dinilai aman. Ada ibu yang mencoba untuk menerapkan beberapa bahan pahit pada puting susu mereka atau mewarnai payudara dengan warna hitam yang membuat anak enggan untuk menyusuinya.

Apa pun cara yang dilakukan, sebaiknya Bunda tetap perhatikan psikologis si kecil. Proses menyapih sebaiknya terhindar dari berbagai hal yang membuat si kecil trauma secara psikologis.

4. Mengetahui informasi MPASI yang baik

Dalam ajaran agama Islam, kadar halal dan toyyib atau halal serta kebaikan makanan menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Hal ini tentunya juga berlaku untuk pemberian MPASI pada si kecil.

Tak hanya halal, Bunda pun sebaiknya memerhatikan kadar kebaikan makanan tersebut bagi si kecil. Perluas pengetahuan Bunda dengan mengetahui tekstur, bahan, dan kandungan makanan dan minuman yang cocok untuk usia anak.

5. Lakukan perlahan

Bunda, menyapih merupakan proses yang membutuhkan waktu dan kerjasama antara orangtua dengan anak. Jangan terlalu memaksakana apalagi membandingkan si kecil dengan anak yang lain.

Cobalah untuk berkomunikasi dengan baik dengan si kecil bahwa ia sudah cukup besar untuk tidak lagi menyusu. Bunda juga bisa bertahap membiasakan si kecil minum ASI di botolnya atau minum susu formula di botol.

Baca Juga : Sedekah Menghapuskan Dosa

6. Peran ayah dalam menyapih

Cara menyapih anak menurut Islam lainnya yang penting diperhatikan ialah keterlibatan serta peran ayah dalam setiap prosesnya. Islam sangat mengatur hal ini yang sudah banyak ditegaskan mengenai tanggung jawabnya dalam Al-Quran.

Beberapa peran vital ayah dalam proses ini antara lain:

a. Memberikan dukungan dan dorongan moral.

b. Menyediakan sarana untuk memberi kebutuhan terbaik anak dan ibu. Jika ayah meninggal selama masa menyusui dan menyapih, biaya perawatan bayi harus ditanggung oleh ahli warisnya (biasanya kakek dari pihak ayah bayi).

c. Membahas dan memutuskan menyapih bersama dengan ibu. Fakta bahwa ayah harus menjadi orang utama yang bertanggung jawab atas keuangan sangat penting dalam Islam, bahkan jika pasangan bercerai, ayah harus terus membayar biaya ibu dan anak sampai bayi disapih (dalam waktu dua tahun).

Baca Juga : Anak Itu Aset Bukan BEBAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Search
Kategori

Lengkapi amal baik anda hari ini dengan sedekah jariyah bersama HASMI

Hubungi Kami
Hubungi Kami
Terimakasih Telah Menghubungi Kami..!!
Ada yang bisa kami bantu?..