HASMI PEDULI – Ia hanya diam mendengarkan. Padahal pada saat itu, Umarlah satu-satunya Manusia yang setan pun takut padanya. Umar hanya terdiam & menyimak semua keluh kesah istrinya.
Ketika ditanya alasannya, Umar menjawab “Karena ia telah melahirkan anakku, menjaga, dan mendidiknya maka amarahku tak sebesar pengorbanan yang ia lakukan untuk keluargaku”
Sahabat itu pun menjelaskan bahwa dia bermaksud konsultasi terkait masalah keluarganya. Dia ceritakan soal istrinya yang sering marah-marah. “Namun aku mendengar istri Anda sendiri berbuat yang sama (marah). Aku tidak ingin mengganggu, sementara Anda sendiri sedang ada masalah,” jelas sahabat tersebut kepada Umar.
Mendengar itu, Umar bin Khattab tersenyum. Dia jelaskan alasan tak membalas kemarahan sang istri. Menurut Umar, seorang istri sudah bekerja memasak, mencuci baju, serta mengasuh dan mendidik anak-anak. “Aku cukup tenteram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu, aku menerimanya sekalipun dimarahi,” kata Umar.
Sahabat tersebut lalu bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?.”
“Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja,” jawab Umar bin Khattab.
Baca Juga : Syafaat Untuk Orangtua yang Sabar atas Kematian Anaknya
Dikisahkan bahwa sahabat tersebut kemudian pulang dan tak jadi menceraikan istrinya. Kisah Umar bin Khattab dimarahi istrinya ini menjadi perdebatan di kalangan ulama tentang kesahihannya. Sebab baik Abu Lais as-Samarkandi, Syekh Nawawi al-Bantani dan penulis kitab yang lain tak menyebutkan sanadnyaSahabat itu pun menjelaskan bahwa dia bermaksud konsultasi terkait masalah keluarganya. Dia ceritakan soal istrinya yang sering marah-marah. “Namun aku mendengar istri Anda sendiri berbuat yang sama (marah). Aku tidak ingin mengganggu, sementara Anda sendiri sedang ada masalah,” jelas sahabat tersebut kepada Umar.
Mendengar itu, Umar bin Khattab tersenyum. Dia jelaskan alasan tak membalas kemarahan sang istri. Menurut Umar, seorang istri sudah bekerja memasak, mencuci baju, serta mengasuh dan mendidik anak-anak. “Aku cukup tenteram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu, aku menerimanya sekalipun dimarahi,” kata Umar.
Sahabat tersebut lalu bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?.”
“Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja,” jawab Umar bin Khattab.
Dikisahkan bahwa sahabat tersebut kemudian pulang dan tak jadi menceraikan istrinya. Kisah Umar bin Khattab dimarahi istrinya ini menjadi perdebatan di kalangan ulama tentang kesahihannya. Sebab baik Abu Lais as-Samarkandi, Syekh Nawawi al-Bantani dan penulis kitab yang lain tak menyebutkan sanadnya.
Gerakan Wakaf Al Qur’an yang Pahalanya diniatkan untuk Orangtua : KLIK DISINI