Hasmipeduli.org

Rahasia Kebahagiaan dalam Qana’ah (Merasa Cukup)

Dalam kehidupan yang terus bergerak cepat ini, banyak orang mengejar sesuatu yang tak pernah berujung. Ada yang mengejar harta, jabatan, perhatian, atau pengakuan dari manusia. Namun anehnya, ketika semua itu sudah digenggam, hati tetap terasa kosong. Seolah ada ruang yang tidak terisi oleh apa pun di dunia. Islam lalu memperkenalkan sebuah kunci ketenangan yang sering dilupakan: qana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.

Qana’ah bukan berarti pasrah tanpa usaha. Justru qana’ah adalah sikap hati setelah berusaha. Ia adalah kemampuan untuk menerima ketetapan Allah dengan puas, karena kita yakin bahwa apa yang diberikan-Nya sudah sesuai dengan kebutuhan kita. Allah berfirman:

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ
“Agar kalian tidak bersedih atas apa yang luput dari kalian dan tidak terlalu gembira atas apa yang Allah berikan kepada kalian.” (QS. Al-Hadid: 23)

Ayat ini mengajarkan bahwa ketenangan lahir dari hati yang tidak menggantungkan bahagianya pada dunia, tetapi pada Allah. Di sinilah qana’ah memainkan peran besar.

Seseorang yang memiliki hati qana’ah mudah merasakan nikmat yang sebelumnya mungkin tidak terlihat. Rezeki yang sederhana terasa cukup, keluarga yang menemani terasa seperti hadiah besar, dan kesehatan yang sering dianggap biasa ternyata merupakan anugerah luar biasa. Ia tidak lagi sibuk membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain, karena ia memahami bahwa setiap orang memiliki jalan rezeki yang berbeda-beda.

Rasulullah ﷺ mengingatkan betapa berharganya rasa cukup. Beliau bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya itu bukan karena banyak harta, tetapi kaya adalah kaya hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini seperti menegaskan bahwa kebahagiaan bukan diukur dari angka dalam tabungan, tetapi dari kelapangan hati. Bahkan ada doa indah dari Rasulullah ﷺ yang menggambarkan nilai qana’ah sebagai bentuk rezeki terbaik:

وَارْزُقْنِي قَلْبًا قَانِعًا
“Ya Allah, berikanlah aku hati yang qana’ah.”
(HR. Tirmidzi)

Tanpa qana’ah, seseorang bisa memiliki apa pun tetapi tetap merasa kurang. Sebanyak apa pun harta dikumpulkan, masih saja ada kegelisahan. Sebanyak apa pun pencapaian diperoleh, masih ada perasaan ingin lebih. Dunia memang tidak pernah membuat puas, karena sifatnya seperti fatamorgana—dikejar tidak pernah selesai. Maka qana’ah hadir sebagai penawar: ia membuat hati berhenti berlari.

Yang menarik, qana’ah tidak hanya mengubah cara pandang kita terhadap rezeki, tetapi juga terhadap ujian. Orang yang qana’ah melihat kesulitan sebagai bagian dari ketentuan Allah, bukan sebagai ketidakadilan. Ia yakin bahwa Allah selalu memilihkan takdir terbaik, meskipun bentuknya tidak selalu sesuai keinginan kita. Dengan sikap seperti ini, seseorang bisa tetap tenang meskipun berada dalam kondisi yang tidak ideal.

Pada akhirnya, kebahagiaan tidak harus dicari terlalu jauh. Ia tidak terletak pada rumah besar, harta melimpah, atau pujian manusia. Kebahagiaan tumbuh dari hati yang mampu berkata: “Alhamdulillah, ini cukup bagiku.” Karena ketika hati sudah bersyukur dan merasa cukup, maka sekecil apa pun nikmat akan terasa besar, dan sebesar apa pun cobaan akan terasa ringan.

Dalam dunia yang dipenuhi perlombaan dan perbandingan, qana’ah adalah ruang hening yang menyembuhkan. Ia mengajarkan kita untuk menghargai, menikmati, dan mensyukuri hidup apa adanya. Dan ketika hati sudah qana’ah, di situlah seseorang menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya – bahagia yang tidak bisa dicuri siapa pun, karena tempatnya adalah di dalam hati.

Search
Kategori Artikel

Lengkapi amal baik anda hari ini dengan sedekah jariyah bersama HASMI