Bogor- Sabtu 16-01-2019, kembali di awal tahun 2019 ini kita tebar kebaikan tuk memburu senyuman-senyuman para dhuafa. Tapi bukan sekedar senyuman yang kita buru…, misi kita sesungguhnya adalah bagaimana dari tiap senyuman itu dakwah semakin terbuka… Itu yang harus kita pikirkan dan usahakan…
Betapa banyak senyuman-senyuman indah, namun justru menghadirkan neraka di depannya… Betapa banyak yang mati dalam senyuman, namun akhir hidupnya di jahannam…. Na’udzubillah…
Kita memang sedang berlomba… Berlomba membuat senyuman… Namun, untuk apa dan siapa senyuman itu yang akan menentukan akhir ceritanya…
Dan kita di sini, sedang mengukir senyuman-senyuman yang akan menghantarkan kita semua masuk dalam surga Nya yang penuh kenikmatan abadi… Insyaalloh…
Bismillah. Kita berangkat menuju lokasi pada pukul 10.00 WIB dari Markas Hasmi Peduli. Tujuan kita adalah kampung yang terletak di kawasan Puncak, Cisarua, Bogor. Kampung tersebut bernama kampung batik. “Wah, kampung batik…?” “Seperti apa ya, kok namanya unik sekali…?”
Ya, memang unik… Tapi kita lanjut perjalanan dulu. Nanti kita akan lihat seperti apa Kampung Batik itu. Karena kalau hari sabtu-ahad biasanya ada buka tutup jalan yang ke arah puncak, makanya kita harus bersegera. Mudah-mudahan pas kebagian di buka jalan nya. Kalau tidak…. Mmmmm, alamat gagal perjalanan kita ke Kampung Batik.
Alhamdulillah… Alloh ta’ala beri kesempatan kita melakukan perjalanan ini. Jalannya pas dibuka, sementara yang dari arah puncak ditutup. Dengan lancar mobil logistik kita menuju lokasi. Lokasi tepatnya di lokasi agrowisata dan perkebunan Gunung Mas. Jadi sebelum masuk ke Kampung Batik, kita harus memasuki area agrowisata ini. Dan memang, Kampung Batik ini juga merupakan kampung yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII sebagai pengelola agrowisata dan perkebunan tersebut, dan juga sebenarnya Kampung Batik ini pada awalnya dikonsep sebagai tempat wisata tambahan, sementara yang menghuni di kampung tersebut adalah para pekerja di PT. Perkebunan Nusantara VIII tersebut.
Itu singkatnya tentang Kampung Batik tersebut, walau perjalanan kita ternyata tidak sesingkat yang diharapkan. Setelah dengan lancar sampai di pintu masuk Gunung Mas menjelang dzuhur, qodarulloh, ada rombongan dari Depag yang berjumlah 1000 orang, yang mengakibatkan perjalanan dari pintu masuk Gunung Mas ke Kampung Batik yang hanya berjarak 1km menjadi tersendat. Macet cukup lama. Perjalanan yang harusnya hanya cukup ditempuh 10 menitan menjadi molor 2 jam an. Alhasil, pukul 14.00 WIB kita baru bisa sampai di lokasi. Alhamdulillah ala kulli hal.
Tetapi, semua kelelahan itu terbayar kontan saat kita menginjakkan kaki di kampung batik ini. Inilah kampung Batik itu. Sekilas kita bisa melihat kecantikan perkampungan tersebut. Warna-warni mewarnai Kampung ini, plus gambar-gambar motif batik menambah nilai cantik dan keindahannya. Kalau terlihat cantik dan eksotis tempatnya, memang wajar, karena dikelola di bawah naungan sebuah perusahaan besar. Bahkan dengan lokasi yang berada di kawasan puncak menjadikan perkampungan tersebut bernuansa sejuk dan dingin, belum lagi lokasinya yang juga berada di pojok area, di seberangnya dikelilingi bukit-bukit tinggi yang dipisahkan oleh lembah-lembah yang cukup curam. Suasana alami begitu terasa. Sementara kebun teh yang terhampar di kanan-kiri menambah suasana begitu indah nan sejuk. Mmmmm…. Sangat nikmat untuk berlama-lama di sana.
Tapi, kenapa kita harus menuju lokasi dan mendistribusikan bantuan pangan yang penduduknya sudah bekerja dan memiliki rumah tinggal yang sangat indah dengan suasana asri itu? Itulah, sebagaimana yang disebut di awal, kita hendak memburu senyuman. Karena senyuman itu belum banyak hadir di Kampung Batik ini, meski rumah-rumah mereka tampak penuh dengan keindahan, namun itu semua belum cukup menghadirkan senyuman-senyuman mereka yang bertempat di sini. Semua gambaran tentang keindahan itu seakan hanya balutan untuk menutupi kekurangan atau kasarnya kita sebut kemiskinan yang mereka hadapi.
Kalau tanpa bantuan perusahaan, mungkin perkampungan mereka tak kan secantik itu. Bahkan jika kita lihat lebih mendalam, rumah-rumah mereka rata-rata masih berbentuk panggung yang berpondasikan kayu-kayu, bukan semen dan bata permanen. Dan lagi, jika dilihat dari sisi penghasilan, ternyata masih di bawah rata-rata. Bahkan menurut info dari salah seorang warga, yang berpenghasilan atau gaji paling tinggi tidak lebih dari 1.5jt per bulannya. Jika dirata-rata hanya 50 ribu per hari. Dan itu tidak banyak. Lebih banyak yang berpenghasilan di bawah itu. La haula wa la quwwata illa billah. Ternyata, Kampung Batik itu tak “Sebatik” namanya.
Karena itu, saat kita tiba di sana dan memberitahukan kepada mereka bahwa kedatangan kita untuk distribusi sembako, tampak senyuman yang begitu sumringah memancar dari wajah-wajah mereka yang sebelumnya tampak lelah setelah bekerja seharian di kebun teh itu. Sungguh bahagia sekali melihat pemandangan itu.
Tak menunggu lama. Setelah sejenak berkeliling menyaksikan perkampungan batik itu, kami bersegera mengumpulkan warga untuk menyalurkan amanah donatur. Serentak warga berkumpul. Dan seperti biasa dan memang inilah yang tidak boleh juga dilewatkan, yaitu penyampaian nasihat-nasihat ringkas untuk menguatkan jiwa-jiwa para dhuafa itu agar tetap istiqomah di jalan Alloh ta’ala meski kondisi mereka dalam kekurangan. Karena hakikatnya, semua itu hanya ujian yang dengannya boleh jadi Alloh ta’ala akan mudahkan nanti untuk memasuki surga Nya, karena telah terampuni dosa-dosanya dengan ujian tersebut.
Setelah nasihat disampaikan Ust. Sapriyatna, kita langsung membagikan sembako beras yang semoga itu dapat bermanfaat untuk mereka. Tidak banyak, tetapi, semoga yang sedikit itu bisa mempererat jalinan ukhuwah diantara kita sebagai sesama muslim, sehingga mereka tetap yakin, bahwa masih banyak saudara-saudara seiman mereka yang peduli terhadap kondisi yang mereka alami.
Ya, karena kepedulian kita, insyaalloh mereka akan tetap istiqomah menjalankan kehidupan ini dengan optimisme tinggi bahwa Alloh ta’ala senantiasa akan membalas segala kebaikan sekecil apapun, termasuk sabar dalam ujian kehidupan ini. Maka, kita pun, insyaalloh akan berusaha terus istiqomah mendo’akan serta terus mensupport program ini sehingga Alloh ta’ala mempertemukan kita semua di surga Nya yang penuh kenikmatan abadi.