IBADAH – IMAN DAN TAUHID
1. Alloh ﷻ menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya saja. Dalam Islam, ibadah mencakup semua hal yang diridhoi dan dicintai Alloh ﷻ baik dalam amal perbuatan maupun perkataan, lahir maupun batin. Itulah arti dari al-ibadah. Maka, ibadah dalam Islam adalah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. [QS. adz-Dzariyat (51): 56]
2. Ibadah yang diterima di sisi Alloh ﷻ harus terpenuhi dua syarat, yaitu: niat yang ikhlash dan kesesuaian dengan syari’at. Sering diungkapkan dengan istilah al-ikhlash dan al-mutaba’ah.
3. Arti niat ikhlash adalah niat yang hanya mengharapkan ridho Alloh ﷻ dan ganjaran-Nya, tanpa mengharapkan sesuatu selain dari-Nya. Sedangkan yang dimaksud mutaba’ah adalah beribadah sesuai dengan tuntunan Rosululloh ﷺ tanpa membuat penambahan dan perubahan-perubahan sedikitpun, baik dari segi isi, waktu, kadar maupun dari cara pelaksanaannya. [QS. al-Lail (92): 18-20]
Di Sini Wakaf Al-Qur’an untuk PONPES, TPQ dan Masjid Pelosok
4. Al-Iman secara bahasa berarti kepercayaan. Sedangkan secara istilah, iman adalah suatu keadaan yang didasarkan pada keyakinan dan mencakup segi-segi perkataan dan perbuatan. Yaitu perkataan hati dan lisan, serta perbuatan hati dan anggota badan.
5. Perkataan hati adalah ilmu yang diyakini. Perbuatan hati, seperti niat yang ikhlash, kecintaan kepada Alloh ﷻ takut kepada-Nya, tawakkal dan lainnya.
6. Perkataan lisan seperti dua kalimat syahadat, tasbih dan istighfar.
7. Perbuatan anggota badan seperti sholat, haji dan lainnya.
8. Ketika Rosululloh ﷺ ditanya oleh malaikat Jibril alaihisalam tentang arti Islam dan Iman, maka beliau ﷺ menjawab bahwa arti Islam adalah rukun Islam yang lima (yaitu amal serta perkataan anggota tubuh dan lisan) dan arti iman adalah rukun iman yang enam (yaitu amal dan perkataan hati), yaitu:
- Iman kepada Alloh ﷻ.
- Iman kepada para malaikat.
- Iman kepada kitab-kitab.
- Iman kepada para rosul.
- Iman kepada hari akhir.
- Iman kepada al-qodar, baik dan buruknya dari Alloh ﷻ.
9. Karena iman mencakup perbuatan hati dan anggota badan serta perkataan hati dan lisan, maka iman pun bisa bertambah dengan ilmu dan amal-amal sholeh, juga bisa berkurang dikarenakan perbuatan maksiat.
وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ
Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. [QS. at-Taubah (9): 124]
10. Apabila iman bertambah dan berkurang, maka demikian pula keadaan orang-orang yang beriman, derajat keimanan mereka pun berbeda-beda. Tidaklah sama derajat iman para rosul alaihimsalam dengan selain mereka. Demikian pula derajat iman para sahabat rodhiyallohu’anhum dibanding iman orang-orang sesudah mereka, dan seterusnya. Perbedaan kekuatan dan derajat iman di antara orang-orang yang beriman menyebabkan berbedanya derajat mereka di akhirat kelak.
ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. [QS. Fathir (35): 32]
11. Arti iman kepada Alloh ﷻ (dari segi kepercayaan hati) adalah: kepercayaan yang kokoh bahwa Alloh ﷻ adalah robb seluruh alam semesta dan apa-apa yang ada di dalamnya.
Dia ﷻ adalah satu-satunya Pencipta, yang menghidupkan dan mematikan, Pemberi rezeki, Pengatur dan Raja dari segala-galanya, tidak ada sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak ada tandingan bagi-Nya, serta tidak terkalahkan oleh siapa pun.
Maha Suci dari segala kekurangan. Dzat yang Maha Sempurna, hingga tidak ada yang menyerupai-Nya. Maha Memiliki sifat-sifat yang suci dan mulia serta tertinggi dan tersempurna. Dia-lah satu-satunya Robb yang haq, yang berhak dan wajib diibadahi, maka tidak ada ibadah sedikitpun dan dalam bentuk apa pun yang boleh diberikan kepada selain-Nya.
12. Tauhid secara bahasa berarti peng-Esa-an. Sedangkan secara istilah tauhid berarti pengesaan Alloh ﷻ dalam pengagungan, perbuatan dan ketuhanan-Nya, nama-nama dan sifat-sifat serta dalam peribadatan kepada-Nya. Dengan kata lain, tauhid adalah iman kepada Alloh ﷻ tanpa diiringi oleh kesyirikan.
13. Keagungan tauhid dapat diselami dengan mengetahui keburukan lawannya, yaitu syirik.
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [QS. Luqman (31): 13]
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. [QS. an-Nisa’ (4): 48]
وَلَقَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh jika engkau menyekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. [QS. az-Zumar (39): 65]
14. Tauhid terbagi atas tiga bagian, yaitu:
- Tauhid rububiyah.
- Tauhid asma’ wa shifat.
- Tauhid uluhiyyah.